CERITA SINGKAT MENGAJAR DI MALAYSIA
Awal Maret 2018 mendapat informasi tentang penerimaan Guru untuk mengajar di Malaysia, jujur awalnya saya hanya iseng mengikuti tes tersebut, mulai dari datang paling akhir dan berniat untuk mundur namun siapa sangka nasib meluluskan saya untuk berjuang bersama 100 kawan lainnya. 31 Oktober 2018 pertama kali meginjakkan kaki di negeri tetangga, masih meraba-raba mulai dari mencari kartu selular, casan lubang tiga dan adaptasi bahasa yang agak berbeda. 1 November 2018 kami dikirim ke tempat mengajar masing-masing, saya bersama 3 kawan lainnya ditempatkan di CLC Sapidua, Sabah Malaysia. butuh waktu 6 jam naik Bis dari Kota Kinabalu ke Ladang Sapidua melewati hutan dan ladang sawit, alhamdulillah saya mendapat CLC dipinggir jalan raya. Ladang yang saya tempati dibawah naungan perusahaan kelapa sawit Wilmar, kami menyebut petinggi di ladang dengan sebutan Tuan, mereka sangat baik, fasilitas Gedung Sekolah, rumah guru dan kendaraan disiapkan untuk kebutuhan proses belajar mengajar. Siswa yang saya ajar setingkat SMP, mereka adalah anak pekerja ladang kepala sawit yang berkebangsaan Indonesia, rata-rata berasal dari sulawesi dan Kalimantan. Sistem kurikulum yang digunakan sama dengan kurikulum Indonesia. setelah lulus mereka mendapat Ijazah yang sama dengan Ijazah Indonesia sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi jika mereka kembali ke Indonesia. Kami mendapat tugas tambahan seperti menjadi Kepala Sekolah (pengelola) , Operator dapodik, Bendahara BOS.
Selain Tugas Sekolah kami juga mengurus administrasi yang berhubungan dengan surat-surat kewarganegaraan seperti Surat Lahir, Surat Nikah dan Paspor. Sempat juga menjadi panitia dalam pemilihan Umum 2019. Tentunya ini adalah tantangan tersendiri bagi saya karena mendapat ilmu baru yang bisa saya terapkan ketika kembali lagi ketanah air.
Libur Idul Fitri kami diperbolehkan kembali ketanah air, senang sekali rasanya dapat berjumpa dengan keluarga besar merayakan Idul Fitri, rasa rindu terobati dan banyak hal yang dapt saya ceritakan kepada keluarga. Selama di Indonesia kami menyempatkan membeli keperluan siswa seperti seragam sekolah dan peralatan kesenian karena kami sulit mendapatkannya ketika di Malaysia, alhasil bagasi kami penuh dengan perlengkapan sekolah bukan barang pribadi. Jujur saya akui saya jatuh cinta dengan seluruh siswa yang memiliki semangat meraih cita-cita yang tinggi, dengan segala keterbatasan tak menghalangi untuk mendapatkan apa yang mereka impikan, inilah yang membuat saya sanggup berpisah sementara dengan keluarga demi mendampingi siswa meraih masa depan.
Selama 2 tahun mengabdi akhirnya pada Juli 2020 saya memutuskan untuk purna tugas, pengalaman selama di Sabah Malaysia menjadi kenangan indah tersendiri bagi pengalaman hidup saya.
Komentar
Posting Komentar